modulajarku.com – Seni rupa bukan sekadar menggambar atau mewarnai. Bagi siswa kelas 2 SD/MI, seni rupa adalah dunia penuh warna yang membantu mereka memahami bentuk, garis, dan emosi. Di era digital, pembelajaran seni rupa semakin menarik dengan kehadiran konsep Deep Learning.
Modul ajar berbasis Deep Learning Seni Rupa ini menjadi alat bantu guru dalam membimbing anak mengenal seni secara kreatif dan kontekstual.
Untuk mendapatkan contoh Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa untuk Kelas 2 SD/MI, di bawah ini kami sediakan selengkap mungkin. Jika membutuhkan, silahkan unduh melalui tautan yang kami sediakan:
Bayangkan seorang anak menggambar pemandangan. Dengan pendekatan tradisional, guru hanya menilai kerapian dan warna.
Namun dengan pendekatan Deep Learning, guru bisa membantu anak mengenali pola visual, memahami konsep estetika, bahkan melatih empati melalui karya seni.
Deep Learning di sini bukan berarti anak harus memahami algoritma kecerdasan buatan, melainkan guru menggunakan cara berpikir “mendalam” seperti model AI yang belajar dari data dan pola.
Pendekatan ini membantu siswa mengasah kepekaan visual, berpikir reflektif, dan memahami makna di balik gambar. Anak tidak hanya menggambar, tetapi juga belajar mengekspresikan perasaan, memahami konteks, dan menceritakan kisah melalui warna dan bentuk.
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 2 SD/MI disusun berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP) Kurikulum Merdeka. Tujuannya mencakup tiga aspek utama:
Dengan pendekatan Deep Learning, setiap proses belajar diarahkan pada penguatan berpikir kritis, refleksi diri, dan apresiasi terhadap karya orang lain.
Modul ajar ini mengikuti struktur umum Kurikulum Merdeka: tujuan, asesmen, kegiatan pembelajaran, dan refleksi. Namun, elemen Deep Learning menambahkan dimensi baru dalam setiap tahap.
1. Identitas Modul
Nama satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran, dan alokasi waktu dijelaskan secara rinci agar guru dapat menyesuaikan konteksnya.
2. Profil Pelajar Pancasila
Anak diarahkan menjadi pelajar yang beriman, kreatif, bernalar kritis, dan bergotong royong. Dalam konteks seni, hal ini tampak dari kemampuan mereka bekerja sama membuat karya kolase, memahami simbol budaya, atau menghargai karya teman.
3. Tujuan Pembelajaran
Guru menetapkan indikator yang realistis. Misalnya:
4. Pemantik dan Aktivitas Awal
Kegiatan diawali dengan cerita atau tayangan gambar. Guru dapat menggunakan media digital seperti Canva for Education atau gambar dari museum virtual agar siswa terinspirasi.
5. Kegiatan Inti dengan Pendekatan Deep Learning
6. Asesmen dan Refleksi
Penilaian dilakukan secara holistik dengan memperhatikan proses, kreativitas, dan makna karya. Guru menilai bukan hanya hasil akhir, tetapi juga cara anak berpikir dan berproses.
Meski anak SD belum mempelajari algoritma, teknologi tetap bisa menjadi alat bantu eksplorasi seni. Guru dapat menggunakan aplikasi gambar digital sederhana seperti SketchBook atau Chrome Canvas.
Beberapa platform berbasis AI juga bisa memunculkan inspirasi visual, misalnya dengan menghasilkan pola warna atau bentuk yang dapat ditiru siswa secara manual.
Konsep Deep Learning di sini menekankan bagaimana teknologi dapat membantu guru memahami minat dan gaya belajar anak. Misalnya, sistem digital dapat mencatat jenis warna yang sering dipilih anak, lalu memberi rekomendasi aktivitas sesuai kecenderungan tersebut.
Seni rupa tidak bisa dilepaskan dari budaya. Modul ajar ini mengajak anak mengenal motif batik, wayang, atau rumah adat melalui pendekatan kontekstual.
Anak diajak menelusuri cerita di balik pola dan simbol, sehingga karya mereka memiliki makna budaya. Pendekatan ini sejalan dengan visi Kurikulum Merdeka yang menumbuhkan karakter kebangsaan melalui pembelajaran bermakna.
Minggu 1: Mengenal Bentuk dan Warna Alam Sekitar
Minggu 2: Ekspresi Wajah dan Perasaan
Minggu 3: Kolase dari Barang Bekas
Minggu 4: Apresiasi Karya Seni
Guru dapat menggabungkan teknik storytelling dan diskusi. Misalnya, guru menceritakan kisah tentang pelukis anak-anak terkenal, lalu mengaitkannya dengan kegiatan menggambar.
Siswa diajak menebak emosi dalam lukisan, membangun narasi dari gambar, atau menganalisis bentuk sederhana. Pendekatan ini memperkuat pemahaman visual sekaligus kemampuan berbahasa.
Menurut riset dari Harvard Project Zero (2021), anak yang terlibat aktif dalam kegiatan seni menunjukkan peningkatan 23% dalam kemampuan berpikir kreatif dan 17% dalam empati sosial.
Sementara studi di Indonesia oleh Kemendikbud (2023) menunjukkan bahwa integrasi seni dalam kurikulum meningkatkan motivasi belajar sebesar 20%.
Artinya, seni rupa bukan hanya hiburan, tetapi juga fondasi pembentukan karakter dan kecerdasan emosional anak.
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa dapat dihubungkan dengan:
Bagian refleksi menjadi ruang bagi guru dan siswa untuk menilai proses belajar. Guru dapat bertanya:
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 2 SD/MI bukan hanya panduan teknis, melainkan jembatan menuju pembelajaran yang berpusat pada anak.
Dengan pendekatan mendalam, anak belajar memahami keindahan, berpikir reflektif, dan menghargai keberagaman ekspresi. Guru pun tidak lagi sekadar mengajar menggambar, melainkan menumbuhkan empati, karakter, dan rasa ingin tahu yang akan membentuk pribadi kreatif di masa depan.
Untuk guru yang ingin memperkaya referensi pembelajaran, berbagai modul ajar tematik lainnya bisa ditemukan di portal pendidikan seperti modulajarku.com tempat berbagi ide, strategi, dan inovasi mengajar berbasis Kurikulum Merdeka.
Jika anda merasa mendapatkan manfaat, jadilah aliran rezeki dengan berdonasi untuk kemajuan website ini, silahkan kirimkan ke:
Terima kasih atas partisipasinya, semoga menjadi keberkahan bagi kami dan Anda semua.