modulajarku.com – Bayangkan seorang guru yang masuk ke kelas tanpa membawa peta jalan pembelajaran. Murid akan belajar, tapi arah dan tujuannya kabur. Di sinilah Perangkat Kurikulum Merdeka hadir sebagai peta sekaligus kompas.
Sejak diterapkannya Kurikulum Merdeka oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), guru tidak lagi hanya fokus pada tumpukan silabus atau RPP formal. Kini, perangkat yang digunakan lebih sederhana, fleksibel, dan memberi ruang pada kreativitas guru.
Perangkat ini bukan sekadar dokumen administratif. Ia adalah alat hidup yang menuntun guru dalam merancang, melaksanakan, sekaligus mengevaluasi pembelajaran.
Secara sederhana, perangkat Kurikulum Merdeka adalah kumpulan dokumen, rencana, dan media yang mendukung proses belajar mengajar sesuai dengan semangat Merdeka Belajar.
Menurut Permendikbudristek Nomor 262/M/2022, perangkat ini terdiri atas:
Dengan perangkat ini, guru tidak lagi sekadar “mengajar untuk menyelesaikan materi”, tapi mengajar untuk menumbuhkan kompetensi.
Sebelum Kurikulum Merdeka hadir, guru lebih akrab dengan istilah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) di Kurikulum 2013. Bedanya, perangkat Kurikulum Merdeka lebih:
CP adalah kerangka besar. Misalnya, dalam IPA fase D (kelas 7–9), murid diharapkan mampu memahami konsep energi, interaksi makhluk hidup, hingga perubahan zat.
Dari CP tersebut, guru menurunkan ke tujuan yang lebih operasional. Misalnya: “Siswa dapat menjelaskan contoh perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari.”
ATP menyusun TP secara runtut. Contoh: dari mengenali bentuk energi → menjelaskan perubahan energi → menganalisis penerapan energi dalam teknologi.
Modul ajar bisa berupa:
Contoh modul ajar Matematika kelas 5 bisa memuat: konsep pecahan, latihan soal interaktif, hingga asesmen formatif.
Inilah jantung Kurikulum Merdeka. P5 bukan sekadar tugas proyek, melainkan pengalaman belajar nyata. Contoh proyek:
1. Analisis CP
Guru harus membaca CP dengan teliti sesuai fase dan mata pelajaran.
2. Menentukan TP
Susun tujuan yang sesuai dengan kebutuhan murid.
3. Membuat ATP
Urutkan tujuan dari yang sederhana hingga kompleks.
4. Menyusun Modul Ajar
Isi dengan:
5. Merancang P5
Libatkan siswa dalam kegiatan nyata. Misalnya, membuat kampanye hemat energi di sekolah.
Tidak bisa dipungkiri, banyak guru masih bingung dalam menyusun perangkat Kurikulum Merdeka. Tantangan yang sering muncul antara lain:
Solusinya?
Sebuah laporan Kemendikbudristek tahun 2023 menunjukkan:
Artinya, perangkat Kurikulum Merdeka memang membawa dampak nyata terhadap kualitas belajar.
Bu Rina, seorang guru SD di Yogyakarta, awalnya mengaku kewalahan saat harus membuat ATP dan modul ajar.
Namun setelah mencoba mengadaptasi contoh dari PMM, ia menemukan fleksibilitasnya. “Kalau dulu saya terjebak dengan format RPP yang panjang, sekarang modul ajar lebih praktis dan bisa saya sesuaikan dengan kebutuhan murid saya yang beragam,” katanya.
Cerita ini menggambarkan bahwa perangkat Kurikulum Merdeka memang dibuat agar guru bisa lebih merdeka dalam mengajar.
1. Apa saja yang termasuk perangkat Kurikulum Merdeka?
CP, TP, ATP, Modul Ajar, dan Proyek P5.
2. Apakah guru harus membuat modul ajar sendiri?
Tidak harus. Guru boleh mengunduh, mengadaptasi, atau membuat modul ajar sesuai kondisi kelas.
3. Bagaimana cara mengunduh perangkat ajar resmi?
Melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM).
4. Apakah perangkat Kurikulum Merdeka sama untuk semua sekolah?
Struktur sama, tapi isi bisa berbeda sesuai karakter murid, daerah, dan sarana sekolah.
5. Apakah P5 wajib dilaksanakan?
Ya, P5 wajib karena bagian inti Kurikulum Merdeka. Namun, temanya bisa dipilih sesuai kebutuhan sekolah.
Perangkat Kurikulum Merdeka bukan sekadar dokumen administratif, tetapi fondasi yang membuat proses pembelajaran lebih fleksibel, kontekstual, dan bermakna. Dengan CP, TP, ATP, modul ajar, dan P5, guru memiliki arah yang jelas untuk menumbuhkan kompetensi siswa sesuai visi Profil Pelajar Pancasila.
Sebagai guru, jangan takut untuk mencoba, beradaptasi, dan berbagi perangkat ajar dengan rekan sejawat. Karena sejatinya, Kurikulum Merdeka hadir bukan untuk membebani, melainkan membebaskan.