modulajarku.com – Bayangkan sebuah kelas yang riuh rendah bukan karena kebisingan, melainkan karena para siswa sedang berlatih peran. Ada yang menjadi raja, ada yang berperan sebagai rakyat, ada pula yang sibuk mengatur panggung.
Itulah keindahan dari pembelajaran seni teater, sebuah ruang ekspresi yang memberi kesempatan siswa untuk mengasah imajinasi, emosi, dan keterampilan sosial.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, seni teater bukan sekadar hiburan, melainkan sarana belajar yang mengintegrasikan kompetensi literasi, komunikasi, dan kerja sama.
Modul ajar seni teater semua kelas hadir sebagai panduan praktis guru agar kegiatan belajar lebih terstruktur, menyenangkan, sekaligus bermakna.
Untuk mendapatkan contoh Modul Ajar Seni Teater, di bawah ini kami sediakan selengkap mungkin. Jika membutuhkan, silahkan unduh melalui tautan yang kami sediakan:
Secara sederhana, modul ajar seni teater adalah perangkat ajar yang dirancang untuk mendukung guru dalam menyampaikan materi seni teater di kelas.
Modul ini berisi capaian pembelajaran, alur tujuan pembelajaran (ATP), langkah pembelajaran, penilaian, serta media dan sumber belajar.
Modul ajar ini tidak kaku. Guru bisa mengadaptasi sesuai konteks sekolah, kebutuhan siswa, hingga fasilitas yang tersedia.
Misalnya, sekolah yang minim panggung bisa menggunakan kelas sebagai area pertunjukan, atau memanfaatkan media digital untuk menghidupkan cerita.
Dalam Kurikulum Merdeka, seni teater dirancang untuk mendukung dimensi Profil Pelajar Pancasila, antara lain:
Dengan kata lain, teater bukan hanya soal panggung, tapi juga pembentukan karakter siswa.
Agar modul ajar seni teater lebih hidup, guru dapat menerapkan beberapa strategi berikut:
Menurut riset dalam Journal of Applied Arts in Education (2020), kegiatan teater di sekolah terbukti meningkatkan:
Hal ini menunjukkan bahwa seni teater bukan sekadar “ekstrakurikuler tambahan”, melainkan media belajar yang kuat untuk membangun kecerdasan majemuk.
Guru mengenalkan cerita rakyat “Timun Mas”. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil: penulis naskah, pemeran, dan penata panggung. Pertunjukan sederhana ini membuat siswa bersemangat sekaligus belajar budaya lokal.
Siswa diajak membuat drama dengan tema lingkungan. Mereka menulis naskah tentang sampah plastik, lalu menampilkan di depan kelas. Dari sini, nilai kepedulian lingkungan tersampaikan secara kreatif.
Guru memberikan teks drama klasik seperti “Romeo dan Juliet” atau naskah lokal. Siswa tidak hanya bermain peran, tetapi juga menganalisis konflik sosial dalam cerita. Hasilnya, siswa mampu menghubungkan drama dengan realitas sehari-hari.
1. Apakah semua sekolah wajib mengajarkan seni teater?
Tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan karena mendukung dimensi Profil Pelajar Pancasila.
2. Bagaimana jika sekolah tidak memiliki fasilitas panggung?
Guru bisa memanfaatkan ruang kelas, halaman, atau bahkan membuat teater digital menggunakan rekaman video.
3. Apakah modul ajar teater bisa dikombinasikan dengan mata pelajaran lain?
Bisa, terutama dengan Bahasa Indonesia, PPKn, bahkan IPS untuk mengangkat isu sosial.
4. Bagaimana penilaian dalam seni teater?
Penilaian mencakup proses (partisipasi, kerja sama) dan produk (pertunjukan, naskah).
5. Apakah siswa introvert cocok belajar teater?
Justru teater dapat membantu siswa introvert untuk berlatih ekspresi diri secara bertahap.
Modul ajar seni teater semua kelas adalah jembatan antara pembelajaran formal dan dunia imajinasi siswa. Melalui teater, siswa belajar lebih dari sekadar naskah, tetapi juga tentang hidup, empati, dan kerja sama.
Guru tidak perlu khawatir dengan keterbatasan fasilitas, karena esensi dari teater adalah kreativitas dan kolaborasi. Dengan modul ajar yang tepat, kelas bisa menjadi panggung kecil tempat lahirnya generasi kreatif dan berkarakter.
Jika anda merasa mendapatkan manfaat, jadilah aliran rezeki dengan berdonasi untuk kemajuan website ini, silahkan kirimkan ke:
Terima kasih atas partisipasinya, semoga menjadi keberkahan bagi kami dan Anda semua.